Filsafat hukum


Dalam ontologi, kita punya beberapa paham besar. Salah satunya adalah monoteisme, yang percaya kalau cuma ada satu Tuhan atau kekuatan tertinggi. Nah, dari monoteisme ini, muncul lagi dua cabang utama: idealisme dan spiritualisme. 

Dualisme percaya kalau ada dua prinsip dasar yang membentuk dunia, misalnya materi dan roh. Sedangkan pluralisme melihat dunia sebagai sesuatu yang terdiri dari banyak bagian atau prinsip yang berbeda-beda.

Jadi kita udah bahas monoteisme. Sekarang kita bahas dualisme. Dualisme percaya kalau ada dua kekuatan dasar yang membentuk dunia. Contohnya, ada yang bilang kalau dunia ini terdiri dari materi dan roh. Jadi, manusia itu punya tubuh (materi) dan jiwa (roh).

Pluralisme agak beda. Dia bilang kalau dunia ini terdiri dari banyak hal yang berbeda-beda, enggak cuma dua. Misalnya, dalam agama Hindu, ada banyak dewa yang mewakili berbagai aspek kehidupan.

Jadi monoteisme percaya kalau cuma ada satu Tuhan atau kekuatan tertinggi yang mengatur segalanya. Contohnya, agama-agama besar kayak Islam, Kristen, dan Yahudi adalah monoteistik.


Monoteisme bisa terpecah ke idealisme dan spiritualisme dalam hal bagaimana mereka memandang realitas tertinggi.

Para idealis percaya kalau realitas yang sebenarnya itu bersifat mental atau spiritual. Jadi, dunia fisik yang kita lihat ini sebenarnya adalah manifestasi dari pikiran atau kesadaran yang lebih besar.

Spiritualisme juga fokus ke hal-hal yang bersifat spiritual, tapi mereka cenderung menekankan pengalaman pribadi dan hubungan dengan sesuatu yang lebih besar, yang terkadang disebut sebagai "roh" atau "jiwa".

Jadi, walaupun sama-sama percaya pada satu kekuatan tertinggi, idealisme dan spiritualisme punya cara pandang yang agak berbeda soal sifat kekuatan itu.


Apakah itu ADA Pertanyaan-pertanyaan itu adalah inti dari ontologi.

Pertama, kita punya pertanyaan "Apa itu ada?". Ini pertanyaan mendasar banget, karena kita harus tahu dulu apa yang kita bahas sebelum bisa ngelanjutin ke pertanyaan lainnya.

Kedua, kita punya pertanyaan tentang keberadaan itu sendiri. Apakah keberadaan itu sesuatu yang statis atau dinamis? Apakah ada tingkatan-tingkatan keberadaan?

Terakhir, kita ngebahas sifat dasar dari kenyataan. Apakah dunia ini materi belaka, atau ada sesuatu yang lebih dari itu?

Pertanyaan-pertanyaan ini udah bikin filsuf-filsuf pusing sejak dulu, dan masih terus didebatin sampai sekarang.

Ada beberapa cara untuk menggolongkan "ada" atau keberadaan. Salah satu yang paling umum adalah membagi menjadi dua kategori besar:

Pertama, ada yang disebut "ada fisik". Ini mencakup semua benda yang bisa kita lihat, sentuh, atau rasakan. Misalnya, meja, kursi, atau bahkan planet.

Kedua, ada "ada abstrak". Ini mencakup hal-hal yang enggak punya wujud fisik, tapi tetap dianggap ada. Misalnya, perasaan, pikiran, atau konsep-konsep kayak waktu atau ruang.

Kita juga bisa ngebahas keberadaan dari sisi lain, misalnya ada yang bilang ada keberadaan yang lebih tinggi, lebih rendah, atau sederajat. Tapi, pembagian ini bisa jadi rumit dan tergantung pada sudut pandang filosofis masing-masing.

Ini pertanyaan besar dalam filsafat, dan banyak filsuf udah berusaha jawab dari zaman dulu. Ada yang bilang sifat dasarnya adalah materi, jadi semuanya terbuat dari partikel-partikel kecil. Yang lain bilang sifat dasarnya adalah pikiran atau kesadaran. Ada juga yang bilang sifat dasarnya adalah perubahan terus-menerus.

Jadi, pertanyaan tentang sifat dasar kenyataan ini masih terus didebatin, dan belum ada jawaban pasti yang diterima semua orang.


Dalam aspek epistemologi ini juga terdapat beberapa logika yaitu analogi silogisme premis mayor dan premis minor, dalam epistemologi, kita sering pakai logika untuk ngetes pengetahuan kita. Analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor adalah beberapa konsep penting dalam logika.


Jadi kita tadi lagi bahas gimana epistemologi itu berkaitan sama logika.

Analogi itu kayak kita ngebandingin dua hal yang berbeda, tapi punya kesamaan tertentu. Misalnya, kita bisa bilang "Hati itu kayak kompas, yang selalu nunjukin arah yang benar."

Silogisme itu cara kita menarik kesimpulan dari dua pernyataan yang udah kita ketahui. Misalnya, "Semua manusia akan mati. Saya manusia. Jadi, saya akan mati."

Premis mayor itu pernyataan umum, kayak "Semua manusia akan mati." Sedangkan premis minor itu pernyataan yang lebih spesifik, kayak "Saya manusia."

Jadi, analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor ini semua adalah alat-alat yang kita pakai buat ngetes pengetahuan kita.

Pertanyaan "Apa itu pengetahuan?" adalah salah satu pertanyaan paling dasar dalam epistemologi.

Ada banyak jawaban buat pertanyaan ini. Beberapa orang bilang pengetahuan itu informasi yang udah kita verifikasi, jadi kita yakin kalau itu benar. Ada juga yang bilang pengetahuan itu lebih dari sekedar informasi, tapi juga termasuk pemahaman dan kemampuan untuk menerapkan informasi itu.

Jadi, ternyata pertanyaan "Apa itu pengetahuan?" enggak sesederhana seperti kedengarannya.

Pertanyaan-pertanyaan ini adalah inti dari epistemologi.

Pertama, kita nanya gimana manusia bisa tahu sesuatu. Apakah lewat pengalaman, akal, atau ada sumber lain?

Kedua, kita nanya gimana kita bisa yakin kalau pengetahuan kita itu benar. Apa standarnya?

Terakhir, kita bedain pengetahuan dengan hal-hal lain kayak kepercayaan, pendapat, atau bahkan kesalahan.

Semua pertanyaan ini penting banget buat ngerti gimana kita bisa tahu sesuatu dan seberapa bisa kita percaya sama pengetahuan kita.


Jadi kita punya beberapa istilah yang sering bikin bingung.

 * Kepercayaan itu kayak sesuatu yang kita yakini, tapi belum tentu ada bukti kuat yang mendukungnya. Misalnya, kamu percaya hoki bawa keberuntungan.

 * Pengetahuan itu beda, karena harus ada bukti atau alasan yang kuat buat kita yakin itu benar. Misalnya, kamu tahu air membeku di suhu nol derajat karena kamu udah belajar sains.

 * Pendapat itu lebih kayak ekspresi pribadi tentang sesuatu, enggak harus ada bukti kuat. Misalnya, kamu bilang film ini bagus, itu pendapatmu.

 * Fakta itu sesuatu yang udah terbukti benar, kayak air membeku di suhu nol derajat.

 * Kenyataan itu lebih luas, mencakup semua yang ada, termasuk fakta, tapi juga hal-hal yang belum tentu kita tahu pasti.

 * Kesalahan itu ya salah, enggak sesuai fakta atau kenyataan.

 * Bayangan itu lebih ke sesuatu yang abstrak, kayak imajinasi atau konsep.

 * Gagasan itu juga mirip bayangan, tapi lebih ke ide atau pemikiran.

 * Kebenaran itu berarti sesuai fakta atau kenyataan.

 * Kebolehjadian itu tentang kemungkinan sesuatu terjadi.

 * Kepastian itu soal keyakinan penuh, tanpa keraguan.

Jadi, meskipun ada beberapa yang mirip, sebenarnya masing-masing punya makna yang agak beda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sengketa Perdata Disulap Jadi Tipikor: Analisis Penyalahgunaan Kewenangan dalam Penegakan Hukum

Kewenangan Presiden dan DPR dalam Pembentukan Undang-Undang di Indonesia: Perspektif Hukum Tata Negara

Opini "Sertifikat Laut, Terobosan Tanpa Tepi"